INDRA SJAFRIE Sang Arsitek Garuda U-19



Pesta dan nyala kembang api di angkasa Gelora Delta Sidoarjo, Minggu (22/9) malam adalah buah jalan sunyi yang diambil Indra Sjafri. Keteguhan dan kekerasan hati 'urang awak' ini melakoni jalan tak lazim dalam membentuk dan memoles timnya berbuah legenda.

Sebelum membawa anak asuhnya meraih gelar juara AFF U-19 Championship 2013, nyaris tak ada yang melirik sosok pria kelahiran Padang, 2 Februari 1963 ini. Maklum, Indra bukanlah sosok yang kerap tampil di televisi atau di headline media, mencari-cari alasan kekalahan tim yang dipimpin atau menyombongkan kemenangan pemain-pemainnya.

Alih-alih berbusa-busa di panggung media, Indra Sjafri lebih suka berkeringat bersama pemain-pemainnya di lapangan. Dengan telaten satu persatu kesalahan anak-anak muda -yang dicari dan dikumpulkannya dari penjuru Nusantara- dia perbaiki.


Indra juga tak sekadar menjadikan anak-anak asuhnya gladiator lapangan hijau, yang hanya bermain tanpa jiwa bak robot. Anak-anak muda ini dia bentuk juga menjadi pria-pria dewasa yang siap mengemban tanggung jawab dan berani berkreasi. Bukan hanya menjadi sosok ayah bagi Aryandra Andaru dan Diyandra Andari -dua buah hatinya- Indra Sjafri juga menjadi sosok ayah bagi seluruh anak-anak muda yang dia percayai dengan segenap hatinya itu.

Saking percayanya, mantan Kepala Kantor Pos di Bandara Minangkabau ini tak ragu menjuluki anak asuhnya Skuat Garuda Jaya. Meski banyak nada mencemooh dan meragukan, dia yakin dan percaya Evan Dimasdan kawan-kawan adalah garuda-garuda yang akan terbang tinggi dan membawa kejayaan bagi Indonesia.

Ketika pelatih lain sibuk menguber tanda tangan Jose Mourinho, Indra Sjafrijustru sibuk bekerja keras, seperti teladan sosok pelatih nomor satu dunia itu. "Kerja keras dan tak takut menerima tantangan. Itu yang membuat saya mengidolakan Mourinho. Itu yang saya coba tiru," ujarnya.


Sama seperti Mourinho, Indra Sjafri juga sosok yang berani melawan arus. Ketika tim-tim Indonesia terjebak kejumudan pola permainan tanpa pola, Indra Sjafri justru menginstruksikan anak-anak asuhnya main cantik, seperti Barcelona tim favoritnya.

Umpan-umpan pendek nan akurat Evan Dimas, liukan Maldini, tusukan Ilham Udin Armaiyn, lugasnya Hansamu Yama Pranata dan kokohnya benteng Ravi Murdianto membuat bangsa ini sadar permainan cantik dan kemenangan bukan hanya dominasi tim-tim luar negeri.

Banyak hal yang diberikan Garuda Jaya melalui kemenangan mereka di ajang ini. Bukan hanya menghapus dahaga gelar selama lebih dari dua dekade. Kemenangan ini seharusnya membuat bangsa kita percaya diri, tak harus menjadi selebriti untuk bisa prestasi. Melalui jalan sunyinya Indra Sjafri telah memberi kita pelajaran dan senyuman.


Selamat Kepada "INDRA SJAFRIE" yang mampu membangkitkan Persepakbolaan Indonesia

1. Mungkin banyak yg tdk percaya kalau timnas U-19 bisa hajar Korsel yg persepakbolaannya sdh dianggap lebih maju dari Indonesia, Semula kita ragu ketika pelatih timnas U-19 Ivan Dimas dkk ditangani Indra Sjafri dan bisa meraih tiga angka atas tim negeri Ginseng.

2. Kemenangan tiga angka itu wajib apabila Indonesia ingin lolos dari babak penyisihan Grup G bersama Korsel diluar dugaan sungguh luar biasa, ternyata Indra Sjafri bisa membuktikannya. Tim asuhannya mampu memukul Korsel 3-2 di hadapan pendukung rakyat Indonesia.

3. Kebanggaan ini bukan saja terasa di stadion GBK, tapi juga rakyat indonesia diseluruh Nusantara yg menyaksikan via TV, bagi Korsel sendiri, kekalahan dari Indonesia cukup menyakitkan, mengingat mrk menyandang status tim kuat.

4. Selain mereka juara bertahan Piala Asia, mrk merupakan negara dengan koleksi titel Piala Asia U-19 terbanyak, meskipun skill individu Indonesia diakui baik, tp bagi pelatih Korsel Kim Sang Ho, Indonesia memiliki pelatih yg hebat

5. Pelatih Korsel tsb memuji pelatih Indra Sjafri yg berhasil mendapatkan tiket tim asuhannya utk berlaga di Piala Asia U-19 di Myanmar 2014, kita patut apresiasi dgn pelatih Indra, mantan pelatih PSP Padang, yg sebalemnya telah berhasil mengantar timnas U-19 menjuarai Piala AFF 2013

6. Apa yang dilakukan oleh Indra Sjafri sebenarnya sederhana saja, tetapi butuh kesungguhan dan kegigihan luar biasa, pelatih yg diberi tanggungjawab, ia berkunjung sampai pelosok Nusantara “hanya” utk melihat bibit muda secara langsung luar biasa.

7. Sedikitnya 43 daerah terpencil dikunjunginya sejak ia ditunjuk sbg pelatih tahun 2011 oleh PSSI. Menurut Indra Sjafri, seorang pelatih dituntut menjadi pelatih, teman, kakak, bapak dan kadang pembantu para pemain, Ia mengaku melakukan hal itu semua dgn ikhlas dan senang. Nampaknya inilah kesuksesan seorang pelatih Indra Sjafri.

8. Strategi dan Langkah2 Indra Sjafri tentu saja bisa ditiru agar kita semua juga bisa berhasil di bidang kita masing-masing, Akhirnya kita memberi selemat kpd bung Indra. Tkasih anda telah berhasil membangkitkan kepercayaan diri bangsa Indonesia, Smg lahir Indra Sjafri - Indra Sjafri lainnya. (Darwien Darwies)

Evan Dimas Garuda Muda U-19


SAKING berbakatnya, eks kapten Persebaya Mursyid Effendi menyebut Evan Dimas sebagai "bocah ajaib". Di Akademi La Masia, Barcelona, Evan bersaing dengan 99 pemain lain dari seluruh dunia.

Evan Dimas Beserta Keluarga
ANA masih ingat betul betapa kelimpungannya dia dan sang suami, Darmono, ketika anak sulung mereka yang saat itu berumur 9 tahun, Evan Dimas, meminta sepatu bola. Maklum, mereka bukan orang berada: Ana hanya ibu rumah tangga, sedangkan Darmono berjualan sayur keliling sebelum beralih profesi menjadi petugas keamanan.

Ketika itu, Evan yang getol bermain sepak bola sejak usia tiga tahun memang sudah merengek minta didaftarkan ke Sekolah Sepak Bola Sasana Bhakti, Surabaya. Otomatis dia harus memiliki sepatu bola.

"Demi anak, kami akhirnya mengupayakan. Saya ke pasar dan membeli sepatu bola yang harganya Rp 20.000. Yang murah-murah saja wis, asal Evan senang," kenang Ana yang bersama keluarga berdomisili di sebuah rumah sederhana di kawasan Ngemplak, Surabaya.


Sepatu tersebut ternyata tak cuma membuat Evan bungah. Tapi, sekaligus juga menandai awal perjuangan dia hingga bermuara kepada berbagai prestasi membanggakan. Misalnya, menjadi kapten timnas U-17 Indonesia yang sukses menjuarai HKFA International Youth Football Invitation Tournament 2012 di Hongkong pada Januari lalu.

Yang paling mutakhir, Evan yang kini berusia 17 tahun terpilih sebagai satu di antara empat pemain muda terbaik dari kawasan Asia Tenggara dalam ajang Nike The Chance. Pemain yang berposisi sebagai gelandang itu merupakan satu-satunya dari Indonesia. Tiga pemain lainnya adalah Rahmat Che Hashim (Malaysia/penyerang), Faris Ramli (Singapura/gelandang), dan Napapon Sripratheep (Thailand/gelandang).

Mereka bakal dikirim ke akademi sepak bola terbaik di dunia saat ini, La Masia, milik Barcelona. Pep Guardiola, eks pelatih Azulgrana "julukan Barcelona" juga dijadwalkan memberikan materi latihan.

Evan dan tiga pemain dari Asia Tenggara tadi bakal digabung dengan 96 pemain lainnya dari seluruh dunia yang akan diseleksi selama sepuluh hari di La Masia. Mereka selanjutnya diperas menjadi tinggal 16 pemain.

"Saya tidak menyangka bisa mendapat kesempatan ini," ujar pemain bertinggi badan 163 cm dengan bobot 55 kilogram yang dididik di SSB Mitra Surabaya sejak berusia 11 tahun itu bangga.

Evan memang pantas bangga. Sebab, dia dan tiga rekannya yang terpilih tersebut mengalahkan ribuan pemain berusia 16-23 tahun yang mengikuti seleksi di empat negara Asia Tenggara. Di Indonesia, penyaringan diadakan di tiga kota: Surabaya, Medan, dan Jakarta. Khusus Surabaya, pesertanya tercatat 750 orang.

Karena prestasinya bersama timnas U-17, remaja bernama lengkap Evan Dimas Darmono itu berhak langsung tampil di semifinal di Jakarta. Di antara 30 pemain, tersaring lima orang saja yang berhak melaju ke final. Yaitu, Evan, Randy Chandra, Rainhard Romario, Eriyanto, dan Apriyono. Mereka lantas disandingkan dengan masing-masing lima pemain terbaik dari Malaysia, Singapura, dan Thailand di Jakarta pada 10-13 Juni lalu.

Dua puluh pemain itu tak Cuma digembleng latihan, namun juga diadu dengan membagi mereka menjadi dua tim di Gelora Bung Karno, Jakarta: Nike The Chance A dan Nike The Chance B. Posisi penjaga gawang sengaja diambil dari luar peserta seleksi. "Seleksinya sangat ketat. Saat itu saya tergabung di tim B dan berhasil menyumbangkan satu gol," kenang remaja berzodiak Pisces itu.

Setelah laga yang dimenangkan tim A dengan skor 4-3 itu, empat pelatih dari empat negara, yakni Widodo C. Putro (Indonesia), Nophol Pibulvech (Thailand), Ong Kim Swee (Malaysia), dan V. Sundramoorthy (Singapura), plus Simon McMenemy (pelatih tim A) dan Yeyen Tumena (pelatih tim B), melakukan evaluasi. Hasilnya, terpilihlah empat pemain tadi.

Mantan kapten Persebaya Mursyid Effendi menganggap Evan memang sangat pantas terpilih mewakili Indonesia. Mursyid yang membawa Evan masuk ke skuad Mitra Surabaya yang tampil di Kompetisi Internal Persebaya bahkan menyebut pengagum Xavi Hernandez itu sebagai "anak ajaib" karena luar biasanya talenta anak pertama di antara empat bersaudara itu.


Cak Mung -sapaan akrab Mursyid- juga masih ingat protes dari panitia ketika dia pertama mendaftarkan Evan di Kompetisi Kelas I Persebaya. Alasannya, usia Evan masih terlalu muda. "Tapi, saya tetap ngotot Evan harus tetap bermain. Dulu Yusuf Ekodono saja bisa membela Persebaya saat berusia 16 tahun dan kami menginginkan Evan juga bisa mengikuti jejak itu," ujar legenda Persebaya tersebut.

Di mata Mursyid, Evan adalah sosok gelandang ideal. Mobilitas tinggi, visi bagus, dua kaki sama-sama hidup, dan insting golnya juga cukup tajam. "Evan saat ini tinggal berkosentrasi untuk membesarkan bentuk badannya. Kalau sudah begitu, dia baru akan terlihat sempurna di dalam lapangan," katanya.

Sedangkan Ketua SSB Mitra Eko Prayogo meminta Evan agar terus membenahi kelemahan terbesarnya: kontrol emosi. "Evan itu gampang emosi kalau diganggu lawan. Karena itulah, di kompetisi Persebaya semua pelatih tim lawan Mitra sepertinya sengaja menginstruksi pemain khusus untuk memancing emosi dia," tutur Eko yang juga karyawan Jawa Pos itu.

Kini menjelang hari-hari keberangkatan, selain tetap rutin berlatih, Evan mulai melakukan sejumlah persiapan penting. Termasuk mendatangkan guru bahasa Inggris ke rumahnya yang sederhana. "Sementara ini masih belajar cara komunikasi harian. Kemungkinan bulan berikutnya baru naik level ke yang lain," ujar penggemar tenis meja yang mengenal sepak bola dari sepak bola jalanan di depan rumahnya itu.

Evan juga mulai membiasakan diri dengan kebiasaan kehidupan Eropa, termasuk makanan masyarakat di sana. "Sebab, dengar-dengar di sana tidak ada nasi, yang ada hanya roti. Jadi jaga-jaga saja kalau akhirnya beneran ndak ada nasi di sana," ungkapnya, lantas tersenyum.


Menurut Evan, semua persiapan itu dilakukan karena tak ingin membuang kesempatan ini. Sebab, ini adalah kesempatan kedua dia untuk belajar sepak bola di luar negeri. Sebelumnya, pada 2009, nama Evan sempat masuk daftar SAD (Sociedad Anonima Deportivo) yang belajar sepak bola di Uruguay. Namun, entah mengapa, namanya dicoret seminggu sebelum pemberangkatan.

Untung, setelah mendengar kabar itu, Evan tidak putus asa. Dengan dukungan dan motivasi dari rekan-rekannya di Mitra Surabaya, pemain yang saat ini menjadi andalan tim Jatim di PON 2012 di Riau itu bisa bangkit. Buktinya, dua tahun kemudian Evan dipercaya untuk memimpin timnas U-17 di Hongkong. Kemudian, disusul kesempatan berlatih di Barcelona ini.

Walhasil, sejumlah klub besar tanah air kini mulai melirik Evan. Ganesha Putera, sekretaris teknik Persija Jakarta, misalnya, bahkan secara langsung datang ke Surabaya khusus untuk meminangnya. "Itu soal nanti. Yang penting sekarang Evan berkonsentrasi latihan di Barcelona dulu," kata Eko Prayogo.

8 Tokoh Autisme Penakluk Dunia

8 Tokoh Autisme Penakluk Dunia. Autisme bukan halangan untuk terus berkarya dan meraih prestasi. Kedelapan orang ini berhasil membuktikan bahwa kelainan perkembangan sistem saraf yang mereka alami sejak lahir atau balita tidak menyurutkan mimpi mereka.

Setelah membacanya, mungkin kita lebih memahami bahwa autisme bukan cacat, melainkan orang yang punya keistimewaan. Bakat-bakat super yang terpendam, menanti diasah.Berikut ini daftarnya.


1. Daniel Tammet



Daniel Tammet adalah sarjana autis yang dapat menyelesaikan perhitungan matematis paling membingungkan di dunia dan mampu menguasai bahasa asing dalam hitungan hari. Daniel dapat berbicara dalam sepuluh bahasa yang berbeda, termasuk Rumania, Gaelik, Welsh, dan Islandia. Kita bisa menyebutnya sebagai salah satu orang paling genius di bumi saat ini.

"Ketika saya mengalikan angka-angka itu bersamaan. Saya melihat ada dua gambar. Gambar itu kemudian mulai berubah dan berkembang, dan bentuk ketiga pun muncul, dan itu jawabannya", kata Danile kepada The Guardian.

Diperkirakan 10% dari populasi orang autis memiliki kemampuan yang dimiliki oleh Daniel. Menariknya, hingga sekarang, tidak ada ilmuwan yang bisa menjelaskan mengapa bisa demikian. Kebanyakan dari mereka bahkan tidak bisa menjelaskan bagaimana mereka bisa melakukannya, tetapi Daniel bisa.



2. Temple Grandin


Temple Grandin (lahir 29 Agustus 1947) adalah seorang dokter berkebangsaan Amerika yang menguasai ilmu hewan dan menjadi profesor di Colorado State University. Dia juga berprofesi sebagai penulis buku terlaris, aktivis autis, dan konsultan untuk industri peternakan. Temple pernah menciptakan hug box, sebuah perangkat untuk menenangkan anak-anak autis. Pada tahun 2010, Temple masuk dalam majalah Time untuk daftar 100 orang paling berpengaruh di dunia pada kategori Heroes.



3. Matt Savage


Matthew Matt Savage lahir pada tahun 1992. Ia adalah seorang musisi autisme dari Amerika yang lahir di Sudbury, Massachusetts. Matt merupakan putra dari Diane dan Lawrence Larry Savage. Ia didiagnosis dengan gangguan perkembangan pervasif, bentuk lain dari autisme, pada usia tiga tahun. Pada usia 6 tahun, Matt belajar bermain piano sendiri. Ia belajar piano klasik selama kurang dari satu tahun sebelum akhirnya menemukan bahwa jazz adalah fokus utamanya. Matt kini telah merekam tiga audio CD dan semua hasil disumbangkan untuk penelitian dan dukungan untuk kaum autisme.



4. Satoshi Tajiri


Satoshi Tajiri adalah seorang desainer video game asal Jepang yang dikenal sebagai pencipta karakter fenomenal Pokemon. Dia juga dikenal sebagai pendiri sebuah video game developer bernama Game Freak, Inc. Pokemon sendiri merupakan waralaba video game paling populer kedua di dunia, setelah Super Mario Brothers. Ide pokemon muncul setelah dirinya terinspirasi pada pengalaman masa kecilnya. Semasa kecil, teman-teman Satoshi sering memanggilnya Dr. Bug karena kegemarannya pada serangga. Karakter Pokemon adalah wujud dari alter egonya yang menyukai dunia serangga.



5. Tim Page


Tim Page lahir pada 11 Oktober 1954 di San Diego, California. Dia adalah penulis, editor, kritikus musik, produser dan profesor. Tim adalah kritikus musik yang berhasil memenangkan hadiah nobel, editor dan sekaligus penulis biografi Dawn Powell. Tumbuh dengan sindrom Asperger yang tidak terdiagnosis, Tim berhasil membuktikan bahwa dirinya kompeten dalam bidang yang digelutinya. Dia dipilih oleh Opera News sebagai salah satu dari 25 orang paling berpengaruh di dunia opera. Pada tahun 2009, Tim menerbitkan sebuah buku berjudul, Paralel Play, memoarnya tentang pengalamannya tumbuh dengan sindrom Asperger.



6. Donna Williams


Donna Leanne Williams atau juga dikenal dengan nama suaminya, Donna Leanne Samuel, lahir pada Oktober 1963. Dia adalah seorang penulis, artis, penyanyi dan penulis lagu, penulis skenario dan pematung asal Australia. Pada tahun 1991, Donna didiagnosis dengan autisme. Dia telah menulis empat otobiografi, antara lain: Nobody Nowhere: The Extraordinary Autobiography of an Autistic Girl (1992), Somebody Somewhere: Breaking Free from the World of Autism (1994), Like Colour to the Blind: Soul Searching and Soul Finding (1998) dan Everyday Heaven: Journeys Beyond the Stereotypes of Autism (2004).



7. Dawn Prince-Hughes


Dawn Prince-Hughes atau biasa disapa Dawn Prince, lahir pada 31 Januari 1964 di Carbondale, Illinois. Dia adalah seorang antropolog, ahli primata, dan etologis yang menerima gelar MA dan PhD di bidang antropologi interdisipliner dari Universitaet Herisau di Swiss. Dia adalah ketua eksekutif ApeNet, Inc. dan telah menjabat sebagai direktur eksekutif institut untuk Cognitive Archaeological Research.
Dawn juga menulis beberapa buku seperti Songs of the Gorilla Nation: My Journey Through Autism, Gorillas Among Us: A Primate Ethnographer's Book of Days, Expecting Teryk: An Exceptional Path to Parenthood, The Archetype of the Ape-man: The Phenomenological Archaeology of a Relic Hominid Ancestor, Adam, an editor untuk Aquamarine Blue 5: Personal Stories of College Students with Autism.



8. John Elder Robinson


Buku terlaris New York Times yang berjudul Look Me in the Eye diterbitkan pada tahun 2007 oleh Random House. Buku ini mengisahkan kehidupan John Elder Robinson yang tumbuh sebagai penyandang autisme. John didiagnosis dengan sindrom Asperger, namun ia telah sangat dikenal karena bakatnya dalam mekanika dan elektronika. Kemampuan John membuatnya dengan mudah diterima di perusahaan sound milik Pink Floyd. Dia sekarang punya bisnis sendiri, yakni mengumpulkan dan memperbaiki mobil antik Eropa. John menceritakan kisahnya dengan rasa humor dan sikap yang jujur. Ia pun menggambarkan tentang apa yang membuatnya berbeda dari orang lain di sekitarnya.