Guru merupakan tokoh utama paling bertanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalan pendidikan pada siswa. Termasuk di dalamnya pembentukan daya kreasi siswa. Guru merupakan pemimpin kelas. Penunjuk jalan. Nakhoda yang akan membawa kemana siswa berkembang.
Sesuai dengan perannya, guru harus mampu memperlihatkan pentingnya mata pelajaran dan niat untuk belajar melalui sikap positif dan antusiasme pada saat mengajar. Dengan demikian, siswa akan ikut termotivasi serta mencontoh apa yang ditunjukkan oleh gurunya.
Mudahnya, gaya guru mengajar dapat dikatakan sebagai sebuah gaya kepimpinan. Menurut Hersey & Blanchard (1982), gaya kepemimpinan dapat dibagi menjadi empat dimensi, yaitu Telling, Selling, Participating dan Delegating.
- Telling merupakan gaya kepemimpinan yang kurang mempercayai bawahannya dan banyak memberikan banyak instruksi kepada bawahannya. Gaya ini tidak terlalu memperdulikan bagaimana kualitas hubungan antara atasan dan bawahan.
- Selling ditandai dengan tingginya tuntutan untuk menyelesaikan tugas, tetapi pemimpin juga memperhatikan bagaimana kualitas hubungan dengan bawahannya.
- Participating ditunjukkan dengan pemimpin yang lebih menitikberatkan pada kualitas hubungan tapi kurang memperhatikan penyelesaian tugas-tugas.
- Delegating adalah sebuah gaya memimpin yang memberikan kepercayaan tinggi kepada bawahan untuk melakukan tugas sendiri dengan pemberian sedikit arahan. Hanya saja, sedikit sekali hubungan personal diantaranya.
Tiap-tiap gaya kepemimpinan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sehingga akan lebih bijak apabila seorang guru mampu mengkombinasikan beberapa gaya mengajar. Tidak hanya terlalu terpaku pada salah satu gaya mengajar. Karena guru merupakan sosok penting dalam mendidik dan membentuk karakter seorang murid.
Dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan. Namun, di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan.
Kesulitan belajar siswa dapat ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis yang dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya. Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas, diantaranya :
- Learning disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya.
- Learning disfunction adalah gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya.
- Underachiever merupakan siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
- Slow learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
- Learning disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya. Siswa yang mengalami kesulitan belajar seperti tergolong dalam pengertian di atas akan tampak dari berbagai gejala.