Home » , » Permainan Tradisional Minangkabau yang Mulai Terlupakan

Permainan Tradisional Minangkabau yang Mulai Terlupakan


Bicara soal budaya, ia tidak bisa dititik beratkan hanya pada satu aspek saja. Ia meliputi banyak hal mengenai kehidupan hingga hal-hal kecil di sekitarnya. Jika pembahasan kita kerucutkan pada budaya Minangkabau, maka semua hal simbolik seperti rumah gadang dan lain sebagainya adalah budaya. Adat istiadat yang berlaku adalah budaya. Norma dan falsafah yang dianut adalah budaya. Kebiasaan anak lelaki Minang merantau juga merupakan budaya. Hingga hal seperti permainan tradisional yang melengkapi daftar panjang budaya suatu kaum.

Bicara soal permainan tradisional, setiap suku di setiap daerah pastilah memiliki suatu permainan yang khas, di alam Minangkabau begitu pula. Ada banyak sekali permainan tradisional yang diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Dari sekian banyak permainan tradisional itu, Sumbar.co akan membahas 5 permainan tradisional Minangkabau yang mulai terlupakan seiring bergesernya budaya dan gaya hidup masyarakat Minang itu sendiri. Beberapa dari permainan di bawah ini barangkali pernah kamu lakukan namun sangat jarang ditemukan di zaman sekarang ini.

Cak Bur


Cak Bur adalah salah satu permainan tradisional Minangkabau yang sering dilakukan oleh kanak-kanak, nama lain dari permainan ini adalah galah panjang. Alasan kenapa sampai diberikan nama “Cak Bur” adalah karena pada permainan para pemain harus mengucapkan “Cak” dan “Bur”. Dimainkan oleh dua tim dalam satu arena yang disebut gelanggang, biasanya dibuat dengan menarik garis di atas tanah dengan ukuran sekitar 2×2 meter yang dibagi lagi menjadi beberapa kotak, namun ukuran tersebut tidak baku melainkan dapat disesuaikan. Dua tim yang bermain akan bertarung memiliki jumlah anggota yang sama. Satu tim berperan sebagai penjaga dan satu tim lagi sebagai pemain. Tugas tim sebagai pemain adalah melewati kotak-kotak yang ada hingga sampai ke ujung dan kembali lagi ke awal tanpa boleh tersentuh oleh para penjaga. Permainan dimulai dengan mengucapkan “Cak” oleh penjaga garis paling depan dan diakhiri dengan ucapan “Bur” oleh pemain yang berhasil melewati arena yang menandakan kemenangannya. Permainan diulang hingga semua anggota tim berhasil lolos, namun ketika tersentuh maka tim tersebut harus bergantian jaga.

Sipak Tekong

 
Apakah dunsanak pernah merasakan serunya bermain sipak tekong? Sipak berarti sepak dan tekong berarti wadah kaleng. Permainan tradisional Minang satu ini adalah sebentuk permainan petak umpet namun ada yang menjadi ciri khasnya, para pemain yang telah lebih dahulu tertangkap bisa diselamatkan. Satu orang menjadi penjaga dan yang lain bersembunyi. Sebuah tekong diletakkan pada sebuah garis lingkaran. Penjaga bertugas mencari teman-temannya yang bersembunyi, ketika ditemukan si penjaga harus menyebutkan nama yang bersangkutan dan menyentuh tekong sembari bersorak “sipak tekong”. Jika hal tersebut tidak dilakukan, orang yang bersembunyi tadi dapat bersembunyi kembali dengan menyepak tekong keluar dari lingkaran sebelum penjaga menyentuhnya. Ketika sudah banyak yang tertangkap, mereka dapat bersembunyi kembali saat ada teman menyelamatkan mereka dengan menyepak tekong keluar dari lingkaran setelah berhasil mengibuli si penjaga.

Patok Lele

 
Permainan tradisional yang satu ini memang tidak bisa diklaim sebagai milik Minangkabau sendiri, permainan ini adalah milik bersama karena telah tersebar ke seluruh Indonesia. Untuk bermain patok lele, kita membutuhkan 1 kayu kecil sepajang lengan, 1 kayu sepanjang jengkal dan satu lubang yang dibuat di tanah. Cara bermainnya adalah dengan mencongkel dan memukul bilah kayu kecil dengan kayu panjang dengan berbagai macam gaya. Jarak pukulan dihitung dengan bilah kayu yang dipakai (mau besar atau kecil tergantung kesepakatan). Permainan dilakukan bergantian dengan akumulasi skor masing-masing pemain/tim. Pemain/tim yang menang akan mendapatkan hadiah berupa dikongkak atau digendong oleh pihak yang kalah (hadiah ini juga tergantung kesepakatan).

Badia Batuang

 
Rindu sekali rasanya, dengan masa-masa dulu di kala malam bulan Ramadhan kanak-kanak kerap berkumpul untuk menyalakan badia (bedil) atau meriam yang dibuat dari batuang (bambu besar). Meriam ini beramunisikan minyak tanah dengan menggunakan sumbu. Bambu terlebih dahulu dilubangi ujungnya dan lubang kecil sebelum pangkalnya. Cara bermainnya adalah menyulutkan api di lubang kecil sebelum pangkal badia batuang. Badia batuang akan mengeluarkan dentuman yang bunyinya khas. Selain dimainkan malam hari biasanya juga dimainkan ketika waktu sahur. Sekarang permainan badia batuang ini jarang ditemukan karena kanak-kanak lebih suka bermain petasan.

Sipak Rago

 
Sipak rago dalam Bahasa Indonesia disebut Sepak Raga, merupakan permainan anak nagari yang dulu sangat populer di wilayah Minangkabau. Konon banyak juga yang mengatakan sipak rago adalah asal-usul olahraga takraw, terlepas dari benar atau tidaknya, permainan sipak rago ini adalah permainan tradisional khusus laki-laki. Para pemain menggunakan bola dari anyaman daun kelapa atau kulit rotan yang dibuat dari tangan. Para pemain akan membentuk lingkaran dan menyepak-nyepak bola dari satu pemain ke pemain lain. Peraturannya bola tidak boleh mati alias terjatuh ke tanah. Perbedaan mendasar antara sipak rago dengan takraw adalah sipak rago tidak menggunakan jaring (net).

Kebanyakan permainan tradisonal Minangkabau menuntut para pemainnya untuk bergerak aktif, hal ini tentu bermanfaat bagi kebugaran dan kesehatan tubuh. Yang kami tuliskan di laman Sumbar.co ini hanyalah sekian dari banyaknya permainan tradisional Minangkabau yang mulai terlupakan semakin berkembangnya zaman. Sebelum permainan tradisional yang merupakan bagian dari budaya Minangkabau ini benar-benar hilang marilah kita menjaganya dengan mengingat dan melestarikannya. Sebab, saat kita telah melupakannya bukan tidak mungkin akan ada bangsa lain yang akan mengadopsi budaya kita sebagai bagian dari budaya mereka.

0 komentar: